Titik Kritis Merawat Trotolan MB

Boleh dibilang, kegembiraan tertinggi seorang penangkar adalah ketika mengetahui telur yang dierami indukan betinanya menetas dengan sukses. Bayangkan, setelah menanti dengan harap-harap cemas selama kurang lebih 12 hari masa pengeraman, cangkang telur akhirnya pecah dan sang anakan pun nongol untuk menghirup udara dunia.

Bagi hampir semua penangkar, momentum seperti ini merupakan saat yang membahagiakan sekaligus mendebarkan. Tetapi dalam waktu bersamaan, momentum ini juga sarat dengan saat-saat kritis. Periode rawan dan penuh tantangan.Karena jika salah dalam memperlakukan perawatan, akibatnya bisa fatal; anakan cacat dan bahkan yang lebih buruk bisa terjadi –anakan mati sebelum diangkat dari sarang.

Selama ini ada dua model metode yang diterapkan penangkar dalam merawat anakan murai batu yang baru menetas. Dua model ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dan setiap penangkar bebas memilih model mana yang dirasa sesuai dengan situasi dan kondisi penangkar bersangkutan.

MODEL 1 :

Pengasuhan dan perawatan anakan diserahkan kepada indukannya hingga usia anakan kurang lebih 1 bulan. Artinya, anakan tidak diangkat dari kandang hingga umurnya mencapai 1 bulan, sehingga selama kurun itu pelolohan dan pemberian asupan pakan langsung dilakukan sendiri oleh indukan yang ada di alam kandang penangkaran.

Kelebihan :

  • Penangkar tidak perlu repot-repot meloloh sendiri anakan.
  • Kondisi anakan relatif lebih giras (ada sebagian penghobi yang menyukai anakan murai batu yang giras daripada yang jinak).

Kekurangan :

  • Masa produksi untuk periode berikutnya membutuhkan waktu yang relatif  lebih lama dibandingkan jika anakan diloloh sendiri.
  • Kondisi anakan kadang susah dipantau secara detail; apakah baik-baik saja atau jangan-jangan ada luka dan cacat di bagian tubuhnya. Sebab, anakan yang baru belajar nangkring dan terbang (kira-kira umur 12 – 14 hari), kadang tidak perhitungan dalam melakukan manuver di dalam kandang, sehingga ada kalanya jari kakinya kejepit, sayap sengkleh, dsb.

MODEL 2 :  

Anakan diambil dari sarang umur antara 5 – 7 hari (malah ada yang ekstrim, umur 1 hari diangkat dan ditaruh di inkubator). Sejak saat diangkat, anakan diloloh sendiri oleh penangkar hingga usia kira-kira 3 minggu, saat anakan mulai belajar makan secara mandiri.

Kelebihan :

  • Produksi untuk periode berikutnya relatif lebih cepat. Sebab, seminggu setelah anakan diangkat dari sarang, biasanya indukan akan segera bertelur lagi.
  • Kondisi anakan bisa dipantau setiap saat.
  • Saat meloloh, penangkar bisa menambahkan berbagai jenis vitamin yang dibutuhkan bagi pertumbuhan anakan ke dalam menu makanan.

Kekurangan :

  • Anakan relatif kebih jinak (sebagian penghobi kurang suka dengan anakan seperti ini. Menurut mereka, kurang gahar dan terlalu manja).
  • Anakan tidak bisa ditinggal, karena setiap saat harus diloloh kapan mereka lapar. Penangkar harus menugaskan orang yang tetap stanby meloloh anakan.

Demikian sekelumit pengalaman yang bisa disharing kepada rekan-rekan calon penangkar. Semoga bermanfaat.

Salam Breeding

Tinggalkan komentar